Read[R-0] Vajra - Bumi Gonjang-Ganjing! from the story VAJRA in Battle of Realms by AndryChang (Andry Chang) with 48 reads. fantasy, adilaga, puppeteer. [PREL Magelang ANTARA - "Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap". Begitulah ungkapan populer dalang ketika mengantar masuk ke babak gara-gara dalam pertunjukan wayang. Penggalan ungkapan yang dalam jagat pedalangan dikenal sebagai "ada-ada" itu, bisa pula ditujukan untuk menunjuk situasi Bumi sedang terguncang hebat dengan angkasa berkelebat-kelebat cahaya kuat. Atas suasana itu, kengerian melingkupi segala makhluk Bumi. Yang mungkin paradoks, guncangan tempat berpijak dan kelebatan pedang cahaya yang tajam menyambar-nyambar di angkasa itu, justru mengiringi para punakawan -Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong- hadir di panggung kelir. Mereka dianggap titisan makhluk kayangan turun ke Bumi. Kehadiran mereka dalam rupa rakyat kebanyakan, namun perannya tak boleh diingkari sebagai penuntun moral bendaranya yang elite, agar melangkah tepat dan bijaksana bagi kepentingan dan kemaslahatan umum. Begitulah kiranya boleh diceritakan bahwa dunia sekarang sedang terguncang oleh ancaman krisis global. Banyak penyebabnya, antara lain, dampak pagebluk COVID-19, perubahan iklim, dan perang Ukraina-Rusia yang menyeret keterlibatan banyak negara. Selain itu, kondisi keuangan dan perekonomian internasional, kenaikan harga bahan bakar minyak, persediaan pangan dunia, dan disrupsi disebabkan kemajuan teknologi informasi. Kalau Presiden Joko Widodo menyampaikan pentingnya seluruh elemen dan kekuatan bangsa menjaga stabilitas politik dan keamanan karena situasi global tidak menentu, terutama menyangkut perekonomian dunia, tentu ihwal tersebut sebagai pepeling atau peringatan penting bagi seluruh elemen negeri, supaya Bumi Indonesia tidak terjadi gonjang-ganjing. Cukup banyak negara saat ini kondisinya sedang terpuruk sebagai salah satu dampak pandemi COVID-19. Untuk mencontohkan situasi sulit, rumit, dan ketidakpastian global, Presiden Jokowi menggunakan diksi "antre" terhadap 28 negara yang sekarang ini sedang membutuhkan uluran bantuan Dana Moneter Internasional. Dengan mengutip lembaga-lembaga internasional, disebutkan pula adanya 66 negara rentan ambruk dan 345 juta orang di 82 negara menghadapi krisis pangan. Oleh karenanya, Presiden Jokowi menyampaikan pesan tentang pentingnya stabilitas politik dan keamanan agar tetap dijaga, antara lain, melalui pertemuan dengan para pimpinan partai politik, termasuk dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Batutulis, Bogor, pada 8 Oktober lalu. Selain itu, melalui pengarahan kepada para petinggi dan perwira Polri dalam berbagai kesempatan penting terkait lainnya yang dijalani Presiden. Secara khusus di hadapan petinggi Polri, Presiden minta mereka mempertajam kepekaan terhadap ancaman krisis, salah satu tidak menjalani kehidupan sehari-hari yang hedonistik. Tentu saja laku hedonisme juga bukan jalan yang baik untuk kalangan masyarakat lainnya, terlebih di tengah ancaman gonjang-ganjing global sekarang ini. Bahkan, untuk menjaga stabilitas politik pun, salah satu senjata pamungkas berupa perombakan kabinet bukan hal yang muskil ditempuh oleh Jokowi. Guncangan besar setidaknya terjadi di dalam negeri beberapa waktu terakhir, seperti dalam kasus penembakan melibatkan jenderal polisi, penangkapan perwira tinggi polisi dalam dugaan kasus narkoba, tragedi Kanjuruhan yang menelan 132 jiwa dan ratusan lainnya terluka, serta munculnya pencalonan bakal calon presiden oleh partai politik pendukung pemerintahan dengan figur yang dianggap berseberangan dengan kepemimpinan Jokowi. Belum lagi yang terasa menekan situasi makin sulit dalam kehidupan publik, khususnya kalangan bawah, terkait dengan kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak, tekanan inflasi, dan rentetan bencana alam di berbagai daerah sebagai dampak cuaca ekstrem akhir-akhir ini. Panggung persiapan menuju Pemilu 2024, baik yang dikerjakan penyelenggara pemilihan sesuai regulasi maupun manuver para elite politik dan berbagai partai politik, seakan kelir berbeda dengan ancaman situasi global yang berkelindan dengan pilu lainnya sedang dihadapi di dalam negeri. Partai politik dan para elite seakan kehilangan orientasi mulia berpolitik secara bermartabat karena terburu-buru mendekati kursi puncak kekuasaan, sedangkan sejumlah elite yang disebut-sebut memiliki kans memimpin Indonesia sibuk merawat wajah karena memang jatah waktu dan ruang belum untuk mengungkap visi, misi, program kerja, dan beradu pandangan visioner untuk masa depan negeri. Sementara rakyat umum bagaikan kanvas sedang dilukisi imajinasi masa depannya berbarengan dengan situasi mengimpit kehidupan serba terguncang dan tak mudah, serta banjir informasi menuju pesta demokrasi. Dalam situasi perpolitikan Indonesia menuju Pemilu 2024 yang tanpa petahana ini, terasa menohok sindiran budayawan dan ilmuwan Mudji Sutrisno dalam "Krisis Peradaban" 2015 bahwa politik disempitkan dalam arti dan penghayatan sebagai politik kekuasaan. Berbagai manuver dan intrik politik mereka sekarang ini, terasa sedang untuk memenuhi syahwat berkuasa. Seakan cepat terpinggirkan narasi mereka tentang langkah, terobosan, dan strategi politiknya itu sebagai seni mengatur hidup bersama untuk kepentingan kebaikan bersama, meninggikan harkat, serta memperkuat martabat manusia. Begitu juga pandangan kontekstual tentang saujana geopolitik regional maupun global, seolah-olah dilibas kelebatan pedang ketidakpercayaan terhadap politik dan hawa ketidakpahaman keadaan terkini atas ancaman gonjang-ganjing global. Persoalan pemahaman geopolitik mungkin memang masih elitis berada di kalangan tertentu negeri ini, belum terdiseminasi secara luas menjangkau berbagai tataran masyarakat, apalagi mereka yang tinggal di dusun dan kawasan gunung. Pembicaraan tentangnya bagaikan jauh panggang dari api. Proses menuju pesta demokrasi 2024 memang harus dijalani sebagai kewajiban hidup berdemokrasi. Namun, kalangan elite dan parpol harus lebih cermat dan bijaksana bermanuver. Bumigonjang-ganjing Langit kelap kelap Katon lir kincanging Risang maweh gandtung Sabarang kadulu. Wukir moyag mayig Saking tyas baliwur O..nnnnnnngggggg. Lihat Kiriman Ini di Facebook · Sunting Pengaturan Email · Balas email ini untuk menambahkan komentar. Diposting oleh Sri Santoso di 06.54. - Dalam pagelaran wayang kulit, sang dalang biasanya melantunkan suluk ini. “Bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap katon lir kincanging alis, risang maweh gandrung, sabarang kadulu wukir moyag-mayig saking tyas baliwur ong. Bumi berguncang, langit berkilat, terlihat seperti orang yang cinta melihat segala kehormatan dan keindahan dunia, gunung pun berantakan.” Bumi gonjang-ganjing, harafiahnya gempa bumi yang kini sering terjadi. Terbaru, Sabtu 16/4/2016, gempa dahsyat mengguncang pantai Pasifik Ekuador. Korban tewas lebih dari 500 orang dan lainnya hilang. Tiga hari kemudian, giliran Jepang, tepatnya di kota Mashiki, dan menewaskan 42 orang. Sebelumnya di Indonesia pun diguncang gempa, antara lain kawasan Sumatera Barat pada 2 Maret lalu, tapi tak sedahsyat Ekuador dan Jepang. Mengkhawatirkan jika gempa terus menguncang Planet Bumi. Demikian pula jika kian banyak gunung suluk itu bukan sebatas bikin takut. Suluk bumi gonjang-ganjing juga bisa dikemas dalam lagu dan enak didengar. Sujiwo Tejo, misalnya. Dalang, penulis, pelukis, dan pemusik ini pernah membawakan lagu bumi gonjang-ganjing dalam acara Java Jazz Festival 2012, dan seuai acara Sujiwo panen pujian. Panulis Adi Toha sepertinya juga terinspirasi oleh suluk tersebut dalam karyanya berjudul Valharad. Buku ini mengisahkan sebuah negeri VarchLand yang telah mengalami masa-masa damai selama beratus-ratus tahun, tiba-tiba terancam mengalami kehancuran oleh sebuah kekuatan kegelapan yang datang dari bangsa Vomorian. Untuk mencegahnya. petinggi istana mengembara ke pelosok negeri untuk menemukan 12 Ksatria Talismandala pemegang kunci rahasia. Pesan dari kisah fiksi ini antara lain tentang menjaga keseimbangan sebuah negeri, labih luasnya tentang keseimbangan alam Suluk bumi gonjang-ganjing juga sebagai pengingat agar manusia senantiasa mematuhi hukum demi menjaga kehormatan. Semacam tuturan buat para pemimpin, baik di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif agar tidak korupsi sehingga menjadi teladan rakyat. Agar roda pemerintahan dan tatanegara berjalan seimbang, tidak gonjang-ganjing. Sayangnya, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK kini masih sibuk melakukan operasi tangkap tangak OTT terhadap para oknum pejabat. Tepat jika dalang melantunkan suluk bumi gonjang-ganjing setiap hendak mengeluarkan atau memainkan Gatotkaca. Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap mirip Superman, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi. Tokoh pewayangan yang hidup di kayangan ini juga digambarkan sebagai orang-orang yang hidup di atas, yaitu para penguasa. Gatotkaca juga dikenal dengan nama Arimbiatmaja, Bimasiwi, Guritna, Gurudaya, Kacanegara teladan cintanya terhadap negara, Purbaya, Kancingjaya kunci kemenangan. Sifat perwatakan; berani, teguh, tangguh, cerdik pandai, waspada, gesit, tangkas, tabah dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Begitulah idealnya para pemimpin, penguasa, di Bumi * Bumigonjang ganjing langit kêlap-kêlip , katon lir kincanging alis risang mawèh gandrung , sabarang kadulu wukir moyag-mayig , saking tyas baliwur lumaris anggandrung , Dhuh Sang Ri Sumitra , tanlyan (tan ana lyan) paran reh kabeh sining wana , nangsaya maringsun. Bumi bergerak-gerak (gempa) , langit gelap kilat menyambar-nyambar , 1. Di sinilah kita semua hidup, Bumi kita. via 2. Ini tata surya, “lingkungan“ kami. via 3. Ini adalah jarak berskala antara Bumi dan Bulan. Apakah Anda pikir bulan itu sangat jauh? 4. Bagaimana kalau saya katakan bahwa Anda bisa memasukkan setiap planet dari sistem tata surya kita antara Bumi dan bulan? via 5. Jika Anda masih tidak punya ukuran seberapa kecil kita, di sini adalah Amerika Utara biladibandingkan dengan Jupiter. via 6. Pada cincin Saturnus bisa memuat Enam Baris bumi. via 7. Berikut ini adalah bagaimana langit kita akan terlihat jika bumi memiliki cincin seperti Saturnus. via 8. Ini adalah komet, jika dibandingkan dengan Los Angeles. Besar, bukan? via 9. Jika itu besar, di sini adalah matahari. Kita adalah titik kecil kecil di sana. via 10. Dan ini penampakan bumi jika dilihat dari bulan. NASA 11. Dan dari Mars. NASA 12. Dari Saturnus. NASA 13. Dan dari Neptunus, 4 miliar kilometer jauhnya. NASA 14. Namun mari lihat lagi terlihat seperti apakah kita jika dibandingkan dengan matahari , betapa kecilnya kita .menakjubkan. via 15. Titik kecil itu adalah matahari, dilihat dari Planet Mars. NASA 16. Apakah Anda tahu ternyata ada lebih banyak bintang di ruang angkasa daripada pasir disetiap pantai di Bumi? via 17. Dan di antara semua bintang-bintang ini, banyak yang jauh lebih besar dari matahari bagaimana jika dibandingkan dengan VY Canis Majoris. via 18. Dan ruang galaksi sangatlah besar. untuk membuat kamu memahaminnya jika matahariadalah sel darah, maka Bima Sakti akan sama besarnya dengan Amerika Serikat! via 19. Bima Sakti sangatlah besar. Di sinilah kita berada di dalamnya. via 20. membayangkan bahwa semua bintang yang bisa kita lihat di malam hari hanyalah bagian dari lingkaran kuning ini saja, Benar-benar menakjubkan. via 21. Namun jangan pernah berpikir bahwa Bima Sakti adalah galaksi terbesar di ruang angkasa. Ini dia jika dibandingkan dengan Ic 1011! via 22. Ini adalah gambar yang diambil dari teleskop luar . Dalam ruang ini saja ada jutaan galaksi,masing-masing galaksi mengandung jutaan bintang, dengan planet yang mengorbit di sekitar mereka. via 23. Inilah salah satu galaksi tersebut. Itu bernama UDF 423, dan itu 10 miliar tahun cahaya jauhnya . Apa Anda tahu artinya ? Ini berarti bahwa cahaya membutuhkan waktu 10 miliartahun untuk mencapai bumi. Jadi pada dasarnya, apa yang Anda lihat itu adalah kondisi galaksi 10 miliar tahun yang lalu! Waow! via 24. Harus diingat bahwa setiap satu inci pandangan Anda dari langit malam mengandungmiliaran galaksi, bintang, planet. via 25. Namun tidak semuanya warna-warni di luar sana. Disini adalah tempat lubang hitam jika dibandingkan dengan orbit kami. Sebuah lubang hitam adalah wilayah ruang waktu di managravitasi begitu kuat sehingga tidak ada partikel atau cahaya sinar memasuki wilayah yangpernah bisa lepas dari itu. via Jadi, setiap kali Anda berpikir tentang kehidupan dan eksistensi anda, tentang baik dan burukdi dunia ini, perlu diingat bahwa kita hanya bagian kecil, titik kecil yang hilang dalam sedikit rekap . Ini adalah di mana kita hidup. photo credits Andrew Z. Colvin Own work [ via Wikimedia Commons Sebagaimana yang kita lihat seperti di tata surya kita. photo credits Andrew Z. Colvin Own work [ via Wikimedia Commons Dan di lingkungan antar kita. photo credits Andrew Z. Colvin Own work [ via Wikimedia Commons Lingkungan kita jika dibandingkan dengan galaksi kita. photo credits Andrew Z. Colvin Own work [ via Wikimedia Commons Dan bagaimana tampilannya jika dari jauh. photo credits Andrew Z. Colvin Own work [ via Wikimedia Commons Mari kita perkecil tampilannya sedikit lagi. photo credits Andrew Z. Colvin Own work [ via Wikimedia Commons Sedikit lagi. photo credits Andrew Z. Colvin Own work [ via Wikimedia Commons Dan di sinilah kita, ini adalah alam semesta yang dapat diamati. Segala sesuatu yang kitakatakan sebelumnya, hanya terlihat sebagai titik merah. Mengagumkan?
BumiGonjang Ganjing Langit kelap kelip. . @zoy.yogyakarta @zx25ryogya @merapi_uncover @ @kaliurang_jogja
Penyuka wayang pasti pernah mendengar Suluk yang ditembangkan Dalang seperti ini Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap Katon lir kincanging alis Risang maweh gandrung, sabarang kadulu Wukir moyag-mayig saking tyas baliwur, ong… Jika tidak salah, suluk ini ada sebagai penanda bahwa sebentar lagi akan ada kejadian besar yang mengubah cerita. Arti kata-per-katanya kurang lebih menggambarkan bumi yang bergoncang, langit yang berkilat karena petir tampak di mata orang yang sedang jatuh cinta. Gunung pun bergetar seperti apa yang terjadi di dalam hati sang penyandang cinta. Kalau tidak salah pula, Risang’ di sini maksudnya Gatotkaca, sang kesatria utama dalam lakon Mahabarata. Sepertinya kisah jatuh cintanya Gatotkaca pada Dewi Pergiwa menjadi salah satu cerita cinta favorit para Dalang dan pencinta wayang. Bumi yang bergoncang dan gunung yang bergetar di sini sepertinya adalah kiasan yang menggambarkan keadaan jiwa yang bergemuruh saat jatuh cinta. Tidak berlebihan rasanya bahwa cinta bisa merubah sudut pandang orang yang sedang menyandangnya, bahkan sang Gatotkaca sekalipun. Tapi apakah gemuruh ini yang menggerakkan orang-orang yang mengatasnamakan diri sebagai penggemar klub sepak bola Persebaya untuk merusak Stadion Gelora Bung Tomo GBT? Karena kecintaan’ pada Persebaya maka hancurlah fasilitas dari pajak rakyat itu gara-gara kekasih mereka kalah? Jika cinta, oleh sementara orang terutama di Indonesia, masih dimaknai sebagai sesuatu yang sangat euforik dan membabi buta, ya itulah hasilnya. Stadion yang akan menjadi salah satu host di Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang itu rusak. Ya memang bisa dibangun lagi, tapi apa tidak susah membangun mental manusia supaya sedikit belajar menggunakan nalarnya dalam cinta’ bernafas euforia itu? Kesukaan pada hal-hal yang bersifat materi atau lahiriah bisa jadi adalah salah satu pemicu kebrutalan yang muncul bagaikan jamur akhir-akhir ini. Uang, mungkin. Atau keindahan lahiriah. Atau pentingnya’ mengejar nilai bagi murid atau mahasiswa. Apa saja boleh, yang penting mendapat uang sebanyak-banyaknya dan nilai setinggi-tingginya. Kabar revolusi mental sepertinya sudah nyaris tak terdengar. Barangkali juga karena cinta’. Ketika cintanya terlalu buta, semua menjadi benar. Sayangnya, bedanya dengan suluk tentang cinta dalam wayang adalah, jika gemuruh itu terjadi dalam pandangan seorang kesatria pembela kebenaran, yang cintanya hampir bisa dipastikan dimaksudkan untuk tujuan baik, gemuruh yang terjadi di GBT itu mungkin bukan karena cinta yang sesungguhnya. Atau hanya cinta pada dunia, kedonyan. Dulu GBK juga pernah dirusak massa menjelang perhelatan Asian Games 2018 yang akhirnya sukses menampakkan citra Indonesia sebagai tuan rumah yang baik. We are. Tapi kali ini, mengingat sepakbola selalu menjadi urusan riskan di tanah air, aku hanya bisa berharap semoga Piala Dunia U-20 mendatang akan sukses juga. Wahai, di mana kiranya kita bisa mencari warga Indonesia yang penuh cinta? Published by wlanggayasti A self-proclaimed eternal student of life. On Fridays, sorting her thoughts. View all posts by wlanggayasti Published November 1, 2019November 1, 2019 Post navigation
Awitgonjang-ganjing sakloroné tau manggon ning ngumah bebarengan, akiré nalika akir sasi Fèbruari taun 2009, Ada-ada "Bumi gonjang-ganjing langit kumelap sabarang kadulu lir moyag-mayig saking tyas baliwur". (Ada-ada greget saut ngelik) Ada-ada wrk9WwE.
  • q9g7h9dkgy.pages.dev/75
  • q9g7h9dkgy.pages.dev/231
  • q9g7h9dkgy.pages.dev/21
  • q9g7h9dkgy.pages.dev/287
  • q9g7h9dkgy.pages.dev/262
  • q9g7h9dkgy.pages.dev/119
  • q9g7h9dkgy.pages.dev/209
  • q9g7h9dkgy.pages.dev/30
  • q9g7h9dkgy.pages.dev/327
  • bumi gonjang ganjing langit kelap